Kamis, 15 Februari 2018

Barongan Khas Banyuwangi

Banyuwangi memang meruapakan salah satu Kabupaten yang kaya akan Kesenian Budayanya. Salah satu kesenian kuno yang cukup terkenal ialah Barong Kemiren atau biasa disebut Barong Banyuwangi. Kesenian yang cukup tua ini merupakan asli seni Suku Osing kemiren. Kesenian Barong Banyuwangi merupakan sebuah pertunjukan rakyat yang menggunakan media Barong. Kesenian ini diyakini sangat sakral sehingga ada perlakuan khusus. Barong Kemiren berhubungan dengan Buyut Cili, yang diyakini penduduk setempat sebagai cikal bakal desa. Disaat-saat tertentu barong harus diupacarai, diberi sesaji, serta dirawat dengan hati-hati
Kata “barong” memiliki beberapa pengertian. Dalam bahasa Sansekerta, barong memiliki arti beruang, yakni berasal dari kata “B (h) arwang”. Selain itu barong berarti pula akar-akaran yang hidup di dekat rumpun bamboo. Berarti juga pertunjukan yang berwujud tiruan dari binatang buas. Melihat dari arti kata tersebut, makna terakhir yang lebih mengarah pada kesenian barong. Blambangan atau Banyuwangi memeliki beberapa barong. Yaitu barong Kemiren, Perejeng, Using/Blambangan.
Menurut alkisah wujud barong merupakan hasil dari pertarungan antara dua bangsawan Bali dan Blambangan yaitu Minak Bedewang dan Alit Sawung. Mereka saling bertarung dengan wujud Harimau Besar dan Burung Garuda. Namun setelah mendengarkan suara menggelegar layaknya halilintar dan suara tanpa wujud itu mengingatkan mereka untuk berhenti bertarung. Akhirnya mereka berdamai lalu kedua makhluk menyeramkan itu bersatu. Mulai saat itu mayarakat Osing mensimbolkan barong sebagai simbol persatuan. Diyakini, barong bisa mengusir pengaruh jahat,penyakit dan segala bahaya. Hingga kini, tarian Barong dan barong sangat disakralkan. Sebelum ditarikan, barong wajib diberi ritual khusus. Jika tidak, akan berbahaya bagi penari dan warga sekitar. Barong juga tidak sembarangan ditarikan. Ditarikan terutama untuk ider bumi atau selamatan desa. Nilai mistis barong tetap dijaga. Mereka yang berhak menari barong adalah orang pilihan alam.Jika ditelisik terdapat beberapa versi sejarah mengenai asal usul Barong. 
Copas : https://www.osingdeles.com/barong-banyuwangi-kesenian-sakral-dengan-ritual-khusus/


Selasa, 13 Februari 2018

Jaranan Khas Kediri

Jaranan adalah salah satu kesenian khas dari Kabupaten Kediri, atau lebih dikenal dengan nama Kuda Lumping, eh, mungkin sama mungkin beda. Ciri khas dari kesenian ini adalah terdapat beberapa penari yang menunggangi kuda-kuda-an yang terbuat dari anyaman bambu yang dihias sedemikian rupa. Dicat warna-warni dengan lukisan stilasi bentuk kuda dengan jambul dan ekor dari sisiran tali rafia.
Dalam aksinya, jaranan selalu membawa sebuah kesan magis. Terlihat dari make up dari penari yang tegas memberikan kesan garang dan magis. Beberapa aksesoris yang saya lihat begitu khas adalah “udeng-udeng” yang dipakai di kepala dan “krincing” yang dipakai di kaki, entah apa namanya yang jelas itu adalah gelang yang dipakai di kaki yang dipasangi beberapa klintingan (bel kecil).



Senin, 12 Februari 2018

Tari Topeng Khas Malang

Tari Topeng Malangan adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Tarian ini merupakan pertunjukan kesenian tari dimana semua pemerannya akan menggunakan topeng. Tari Topeng Malangan ini sekilas hampir sama dengan Wayang wong, tetapi yang membedakan adalah pemerannya yang menggunakan topeng dan cerita yang dibawakan biasanya adalah cerita panji.

Tari Topeng Malangan ini biasanya dilakukan oleh beberapa orang didalam satu kelompok seni atau sanggar tari dengan memakai topeng dan kostum sesuai tokoh dengan cerita yang dibawakan. Cerita yang angkat pada pertunjukan Tari Topeng Malangan ini biasanya adalah cerita panji dengan tokoh-tokoh seperti Galuh Candrakirana,, Raden Panji Inu Kertapati (Panji Asmarabangun), Dewi Ragil Kuning, Raden Gunungsari dan lain-lain.

Pada pertunjukan Tari Topeng Malangan ini biasanya akan dibagi menjadi beberapa sesi. Pertama dilakukan Gending giro yakni iringan musik gamelan yang dilakukan oleh para pengrawit untuk menandakan bahwa pertunjukan akan dimulai atau memanggil para penonton untuk menyaksikan. Kedua dilakukan salam pembukaan, didalam salam pembuka ini biasanya akan dilakukan oleh salah satu anggota pertunjukan untuk menyapa para penonton dan menceritakan sinopsis dari cerita yang akan dibawakan. Pada bagian ketiga akan dilakukan sesajen, yakni ritual yang dilakukan agar para pemain dan penonton diberi keselamatan serta pertunjukan berlangsung lancar. Dan yang terakhir ialah inti acara yaitu pertujukan dari Tari Topeng Malangan.

Dalam cerita yang dibawakan biasanya terdapat beberapa babak, diantaranya ialah jejer jawa, jejer sabrang, perang gagal, gunungsari-patrajaya, perang brubuh dan juga bubaran. Seperti halnya dalam cerita pewayangan, tokoh pada cerita Tari Topeng Malangan ini juga akan terbagi menjadi beberapa ragam, diantaranya adalah bolo tengen (kesatria jawa), bolo kiwo (raksasa atau klono), dewa, penari putri, dan juga punakawan. Untuk memerankan tokoh-tokoh pada Tari Topeng Malangan ini dibutuhkan kemampuan didalam visualisasi tokoh yang diperankan, ekspresi gerak, dan juga fisik yang cocok dengan si tokoh.

Dalam pertunjukan Tari Topeng Malangan ini juga terdapat seorang Dalang. Selain mengatur jalannya cerita, Dalang juga bertugas untuk memberikan sesaji serta membacakan doa pada saat sesajen. Untuk musik pengiring dalam pertunjukan Tari Topeng Malangan ini, biasanya diiringi oleh iringan dari alat musik tradirisional seperti kendang, bonang, gong serta instrument gamelan lainnya. Selain itu juga, pertunjukan tarian ini akan semakin meriahkan dengan adanya Panjak dan Sinden. Khusus dalam Panjak biasanya dilakukan oleh salah satu dari penabuh musik pengiring. Selain bertugas memainkan alat musik dan menyanyi, Panjak juga ini sering berkomunikasi dengan Dalang dan para penonton untuk memeriahkan acara.

Dalam perkembangannya, tarian ini mulai meredup dengan seiring perkembangan zaman. Kurangnya regenerasi dan juga kesadaran dari masyarakat sangat mempengaruhi eksistensi dari kesenian yang satu ini. Namun beberapa sanggar tari yang ada di kabupaten Malang masih mempertahankan warisan budaya satu ini. Usaha dalam pelestarian in terbukti dengan mengadakan pertunjukan secara teratur dan juga dengan berbagai modifikasi serta penambahan variasi dalam pertunjukannya agar tarian ini lebih menarik, tetapi tidak meninggalkan pakem yang ada. Usaha tersebut tidak dapat berjalan sendirian, tentunya peran dari masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam menjaga dan melestarikan kesenian Tari Topeng Malangan.


Minggu, 11 Februari 2018

Kesenian Bantengan Khas Malang

Jika Jawa Timur bagian Mataraman punya kesenian yang dinamakan Jaranan ataupun Reog atau etnis Tionghoa punya Barongsai, maka Malang juga punya kesenian serupa yang bernama bantengan. Kegiatan seni budaya itu kerap hadir di tengah masyarakat saat acara tertentu.
Nama bantengan berasal dari tokoh utama dari seni tersebut yaitu hewan banteng. Dalam prakteknya, pihak yang menjadi banteng akan kesurupan dan kemudian lepas kendali. Pertunjukan itu sendiri juga dilengkapi dengan tarian-tarian agar menambah semarak.
Menurut sejarah, kesenian bantengan ini sudah sangat lama di Malang. Dari kisah yang ada pada seni dan hubungannya dengan masa lampau, didapatkan informasi jika seni tersebut sesuai dengan relief Candi Jago di Tumpang. Pada relief tersebut ada macan yang melawan banteng. Sementara di sisi lain juga terdapat tarian dengan topeng banteng.
Dengan adanya informasi di relief candi Jago tersebut , maka tidak heran jika kesenian ini berkembang dengan pesat di wilayah Malang Raya. Di Malang hampir seluruhnya wilayah memiliki kelompok atau grup kesenian bantengan  dan biasanya jadi satu grup dengan kesenian kuda lumping (jaranan).
Sedangkan peralatan untuk pentas bantengan dan kuda lumping biasanya adalah sebagai berikut:
  1. Kuda Lumping
  2. Barongan (Caplokan)
  3. Bantengan
  4. Celengan
  5. Musik Gamelan
  6. Kendang
  7. Angklung
  8. Bonangan
  9. Jidor
Berikut ini beberapa nama grup kesenian Kuda Lumping dan Bantengan yang ada di Malang Raya:
    1. Putra Wijaya – Desa Kedung Rejo Kec. Pujon
    2. Turonggo Putro Singo Joyo – Desa Bringin, Kec. Wajak
    3. Sekar Waluyo Jati – Desa Codo, Kec. Wajak
    4. Punggawa Nusantara – Kota Batu
    5. Turonggo Djati Budoyo – Desa Kidal, Kec. Tumpang
    6. Anusopati – Desa Kidal, Kec. Tumpang
    7. Songgoroto – Desa Kidal, Kec. Tumpang
    8. Gayatri Rojokoyo – Desa Kidal – Kec. Tumpang
    9. Satria Manunggal – Wonokasian – Kec. Turen
    10. Anom Cinde Rejo
    11. Bima Satrio Budoyo
    12. Dan lain-lain
Berbeda dengan kesenian Reog atau yang lainnya, kesenian bantengan dan kuda lumping ini, biasanya juga menampilkan atraksi-atraksi dari para pemain yang sudah kesurupan seperti tidur di atas duri pohon salak, makan beling, makan ayam hidup, dan lainnya. Dan biasanya jika ada penonton yang bersiul (suitan) pemain bantengan yang sudah kesurupan ini akan marah dan mengejar dengan membawa caplokan. Bahkan ada yang sampai meninggal terkena pukulan caplokan, gara-gara siulan ini.
Copas:https://ngalam.co/2017/08/15/kesenian-bantengan-malang/

Kesenian Kuda lumping Dor khas Malang

Di Provinsi Jawa Timur tepatnya dikawasan Malang Raya banyak sekali terdapat paguyuban kesenian kuda luming yang hampir menyebar di setiap desa dan kecamatan. Selain jenis kuda lumping pegon, kini lagi terkenal kuda lumping dor. Jenis kuda lumping yang ini (Dor) terkenal dengan gaya bermainnya yang keras dengan atraksi seni tari yang lincah dan teatrical (biasa disebut solah). Salah satunya adalah Paguyuban Kesenian Kuda Lumping ANUSOPATI dari Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Konon cerita, kuda lumping Anusopati ini merupakan kesenian peninggalan dari Kerajaan Singosari pada masa kepemimpinan Raja Anusopati.

Buat sebagian anak muda sekarang, kesenian seperti ini mungkin tidak penting lagi. Namun itu beda dengan pendapat muda-mudi Malang yang sangat menyukai kesenian yang satu ini. Setiap kali ada pertunjukkan kuda lumping dor, banyak sekali dipenuhi dengan muda-mudi yang menyaksikannya. Selain sakral, alasan mereka menyukai kesenian ini adalah permainan keras yang memacu adrenalin. Ya, jenis kudalumping ini beda dengan jenis kuda lumping kebanyakan, karena di kesenian ini samasekali tidak ada atraksi makan beling atau atraksi kekebalan tubuh. Yang ditonjolkan disini adalah seni kalapan dengan gerak khas yang lincah dan menarik serta atraksi kalapan yang keras dengan membawa caplokan (Kayu balok yang menyerupai kepala hewan). Kalau melihat kuda lumping dor, penonton dilarang bersiul! Karena jika sang pemain yang kalap mendengar suara siulan, dia akan marah dan mengincar si pelaku lantas mengejarnya dengan membawa caplokan. Namum tetap aman, karena ada pemain lain yang mengawalnya hingga tidak sampai terjadi peristiwa pemukulan. Namun biarpun dilarang, banyak sekali penonton yang bersiul hingga menyebabkan suasana kalapan semakin magis dan keras.
Copas : http://fotokita.net/foto-cerita/136058329300_0052750/kesenian-kuda-lumping-dor-khas-malang.